1.
DUARR!
Bom meledak di sebuah ajang maraton.
Jauh sekali dentumannya dari sini. Tapi ada yang ikut bergetar, mungkin sepasang
kuncup hati. Melihat orang-orang yang berlari tiba-tiba berhenti. Orang-orang
yang diam, tiba-tiba terbirit-birit. Dalam raut muka yang gelisah.
Resonansi simpati. Atau mungkin pula
getar ketakutan. Karena setelah tragedi di Boston, Senin, 15 April 2013 waktu
setempat, saya percaya bahwa 'celaka' bisa datang kapan saja.
"Aku bisa membakarmu, hari
ini," bunyi sepenggal lirik band folk asal Bali, Dialog Dini Hari. Judul
lagu itu, 'Oksigen'. Ada satu sisi yang sama antaranya dengan 'celaka'. Ia ada
di mana-mana, tak kasat mata, dan bila tiba saatnya bisa amat berbahaya.
Hanya saja 'celaka' lebih gila. Ia tak
hanya bisa membakarmu. Bisa mengoyakmu, menghantammu, membekukanmu, mencacahmu
jadi tak terhingga. Hanya saja celaka, tak pernah ada untungnya. Kita tak bisa
menebak kapan datangnya.
Beberapa orang memilih mengantisipasi
dan menghindari 'celaka'. Tanya saja pada mereka yang menghimpit rapat
kantongnya di kendaraan umum, pada mereka yang enggan berjalan di gang-gang
sempit, gelap, dan kumuh, pada mereka yang diam-diam lari kala sekumpulan
orang-orang berjanggut memakai sorban bersamuh.
"So when you spot violence, or bigotry, or intolerance or fear or just
garden-variety misogyni, hatred or ignorance, just look it in the eye and
think, "The good outnumber you, and we always will"," ujar
komedian Patton Oswalt bersimpati atas tragedi Boston. Itu yang terpikir bila
nasib, hanya saya yang menjalani. Tapi belakangan saya justru terlalu khawatir
dengan takdir orang lain.
Ibu saya gemar pamer punya banyak musuh,
karena ia selalu tegas pada apa yang dipikirnya benar (keras kepala). Banyak
teman saya pun mengadu nasib di tempat berisiko kerja lumayan tinggi. Tapi saya
tak selalu ada untuk mereka. Minimal untuk berkata jangan takut ketika mereka
cemas. Lalu melanjutkan kalimat Patton Oswalt yang sudah saya kutip di atas.
Intinya, "Masih banyak orang karimah, tak elok terlalu gundah..."
"...Setidaknya kini satu, yang
terdekat darimu, berusaha menjadi orang-orang yang tak perlu kau
risaukan." Hanya ingin membuat mereka percaya dan sedikit lebih tenang.
Meski kekhawatiran pada ‘celaka’, tak pernah ada habisnya. Rasanya sering
terpikir untuk selalu bersama. Paling tidak untuk meredam kegelisahan.
Hanya saja kita tak bisa selalu dekat,
apalagi selalu bersama. Maka tak ada lagi Dialog, tak ada lagi Oswalt. Akhirnya
cuma doa, untuk kalian selalu sentosa dan bahagia. Semoga orang-orang baik
selalu berada di sekeliling kalian. Amin, :).
- - -
Ditulis Btok di Bulungan, Jakarta
Selatan (16/4) beberapa jam setelah bom meledak di Boston Marathon, Amerika
Serikat. Dua tewas, seratus lebih terluka. Doa boleh luput, tapi amunisinya tak
pernah habis.