Thursday 5 June 2014

SILICON VALLEY - FINALE (2014)

SPOILER ALERT, PAKE BANGET

Minggu ini adalah episode terakhir ‘Silicon Valley’ di musim debutnya yang brilian. Delapan episode yang lebih solid ketinbang serial yang mengisi plot sama di musim tayang sebelumnya, ‘Hello Ladies’. Terlebih karena ‘Silicon Valley’ punya akhir yang klimaks sekaligus menyisakan banyak penasaran untuk musim depan yang baru akan tayang, ...8-10 bulan lagi. Ah. Berikut delapan momen terbaik dari finale ‘Silicon Valley’ yang bikin saya nggak bisa berhenti tertawa, apalagi karena ditonton setelah episode ‘Game of Thrones’ yang begitu depresif.

1) Middle Out. Akhirnya, beres juga era Richard Hendricks yang menyebalkan. Apa-apa panik, apa-apa mual, apa-apa gugup. Akhirnya ia bisa menemukan solusi perumusan efektif kode ‘Pied Piper’ agar bisa melampaui torehan saingannya, ‘Nucleus’. Setelah ini, Richard kembali brilian dan jadi jaminan mutu banyak wanita akan gemas dan akan dengan mudah jatuh cinta padanya.


2) The Dick Joke Scene. Momen ‘middle out’ Richard muncul malah ketika teman-temannya, saking stresnya, bercanda bagaimana mereka harus mempresentasikan Pied Piper (yang amat tak siap) esok hari. Solusinya, Erlich will jerking off all the audience selama presentasi. Dari sini, selama lima menit ke depan, kita akan disuguhkan dick joke paling komperhensif dan lucu dalam layar kaca.


3) Let’s Pivoting. Sementara itu, Jared yang selain frustasi, juga kurang tidur, berharap agar Pied Piper berganti halauan, tak lagi menjadi aplikasi peredam kapasitas. “Bagaimana bila aplikasi ini bisa membuat kalian tahu apakah akan masuk surga atau neraka?” ujarnya. Dengan mata yang lelah, ia akan bertanya pada setiap orang >


4) Satanist sejak Dalam Pikiran. Bicara soal neraka, Gilfoyle kembali pada identitasnya (ia punya tato salib terbalik). Untuk mengungkapkan rasa bahagianya, ia bilang>


5) TechCrunch Disrupt Final. Di depan 800 penonton, Richard mengambil alih presentasi keesokan harinya. Timnya tak tahu apa hasil 'coli otak' yang ia lakukan sehari sebelumnya. Ia hanya mengklaim berhasil menaikan Weismann Score Pied Piper menjadi 3,8. Dan, ---drum roll--- dengan ragu-ragu, ia bisa membuktikan bahwa aplikasinya itu bisa mengkompres file dengan tingkat keefektifan, di luar dugaan 5,2 (lebih dari separuh besar file). Orang-orang kagum, karena skor tertinggi dalam sejarah peredaman kapasitas hanya 2,9. So, akhirnya Pied Piper tak jadi dibantai dan dipermalukan di depan publik. Dan saya tepuk tangan sendirian di kamar kosan.


6) Monica for Playboy Bunnies! Dan karena itu, Richard, berhasil menarik hati Monica. Blunder sih ini showrunner, karena pertama saya pikir terlalu cepat untuk Monica yang punya profesionalisme tinggi (mungkin) jatuh hati pada Richard. Kedua, karena Monica—yang gigi kelincinya membuktikan kalau makhluk pemakan rumput itu tak hanya seksi bila dipajang di majalah Playboy—belum rela untuk saya bagi-bagi, < 3.


7) That Bro/Gay Moment. Semua bersorak, termasuk Jared yang datang terlambat karena puas bobo. Dan jeritannya sebelum memeluk Richard, menjadi salah satu hal yang akan saya kenang dari finale serial ini. (Juga tentunya pertanyaan-pertanyaannya sebelum kontes, “Which one, which one, which one?”). Gay moment nomor tiga di serial ini, setelah 'gay code' antara Dinesh dan Gilfoyle dan kecemburuan Jared pada rekan satu timnya terhadap Richard karena merasa useless di episode silam.


8) RIP Christoper Evan Welch. Dan akhirnya usai kemenangan itu, Pied Piper menarik banyak investor. Untuk kedua kalinya Monica membuat Richard amat panik dan lagi-lagi, muntah. Tapi setidaknya ia sudah membuktikan bahwa ia sanggup menerima tantangan yang diberikan oleh Peter Gregory. Namun sayangnya, karakter terakhir pasti akan direcast pada musim keduanya, dan kalian yang sudah nyantol dengan Peter sejak awal episode, akan sedih melihat apa yang muncul di akhir kredit.



Sekian dan terima kasih, sampai jumpa di musim kedua ‘Silicon Valley’, tentunya dengan besar harapan, seperti ‘Entourage’, bahwa delapan episode sangat singkat untuk serial sebagus ini. Tabik.

No comments:

Post a Comment