1.
X: Are you ok?
Y: I’m fine. This is difficult.
X: Do you have doubts about this?
Y: Sometimes :(. But i know i love you.
X: I love you too.
X: Are you ok?
Y: I’m fine. This is difficult.
X: Do you have doubts about this?
Y: Sometimes :(. But i know i love you.
X: I love you too.
. . .
X: What did you have for lunch? You have been in there
for ages :).
2.
Ini cerita tentang sepasang yang resah dalam video klip ‘1901’ – Birdy, yang mengcover lagu Phoenix. Si lelaki mirip Russel Brand, memakai baju ungu polkadot putih. Si gadis pirang, murung seusai pesta, entah kenapa dan langsung mengunci diri di kamar mandi.
Percayalah, lelaki kerap tahu jika ada
yang salah dengan pasangannya. Terlebih mungkin karena wanita, tak pandai
menyembunyikan perasaan. Beberapa di antara para lelaki terkesan membiarkan.
Beberapa lagi suka tak tahan untuk bertanya, “Ada apa?” X memilih opsi kedua.
Tak salah rasanya bertanya. Mungkin yang
salah, larut dalam pertanyaan tanpa jawab itu. Tapi tak ada juga yang benar,
membiarkannya berlarut-larut seperti menggelindingkan bola salju. Tapi lagipula
di dunia ini, benar dan salah itu relatif, bukan? Apalagi mungkin dalam
menjalin hubungan, kita tak selalu harus sepaham, tak selalu harus saling
mengerti. Tapi ada baiknya untuk selalu tetap saling percaya.
X tahu Y kadang-kadang ragu. Tapi X tahu
Y masih menaruh harapan padanya. X memilih untuk menggantungkan pertanyaan,
karena menurutnya terlalu banyak bertanya, indikasi hilang percaya. Ia bergeming,
memercayai apa yang dialami kekasihnya hanyalah trivial. Tapi di satu sisi, X mulai menyicil untuk berpaling.
Ia sadar, bahwa ia bukan Paris. Kota
megah yang terjebak dalam euforia akhir abad ke-19. Menara Eiffel yang mereka
bangun perlahan berkarat, dan percuma lagi waktu untuk membanggakan masa lalu.
- - -
Ditulis oleh Wichita di Radio Dalam, Jakarta Selatan (13/2).
No comments:
Post a Comment