Friday 22 February 2013

PENYESALAN



1.
Akhir-akhir ini saya punya kebiasan baru, tidur terlalu cepat setelah matahari terbenam. Ada tiga sebabnya, satu, karena memang tidak ada kegiatan lagi. Dua, ada baiknya menghemat tenaga karena lumayan capek liputan siangnya. Dan ketiga, biar selepas tengah malam bisa bangun dan menggunakan pulsa internet yang syaratnya baru bisa dipakai selepas pukul 24.00 WIB. Kebiasan baru ini awalnya tak mengganggu, hingga hari ini datanglah penyesalan.
Kamis ini bisa jadi hari yang saya tunggu-tunggu setelah satu tahun lebih bekerja di T. Ada turnamen futsal, dan saya masuk menjadi salah satu pemain di tim redaksi. Isinya tentu saja para reporter karena malam hari, para redaktur sibuk mengurus halaman untuk koran terbit esoknya.
Lumayan lah cari keringat. Lumayan juga lah tebar pesona, xp. Maklum jebolan ‘Kuda Jingkrak Football Club’ ini haus rumput. Sudah dua tahun lebih mungkin tidak ikut kompetisi dengan tim yang punya latar belakang dan tujuan sama. Pernah beberapa kali ikut tim kawan satu pos liputan, cuma ya itu, mainnya setengah hati karena merasa cuma ingin cari keringat.
Hingga tiba hari yang ditunggu, saya pulang keliling Jakarta Timur seperti biasa. Agak letih karena hari ini harus ke Cakung meliput sidang anak menteri HR, si RR. Lebih letih lagi karena semalam kurang tidur nyenyak, salah satunya karena memikirkan pertandingan Kamis  ini, alasan lain, teman yang badannya gendut ikut tidur, saya nggak kebagian kasur, *cry*.
Mampirlah saya ke kosan, maksud hati beristirahat sejenak lah sambil siap-siap kostum dan sepatu bola. Hujan turun tepat saat mesin motor mati di depan pagar kosan. Cakung nih, cuaca mendukung, untuk bobo (minus gohan) dulu secelup dua celup (baca: semenit dua menit) mengikuti kebiasaan yang sudah berlangsung dua bulan itu. Kadang kantuk datang tanpa permisi.
DARR! Petir menggeledek dalam mimpi saya. Saat sadar, waktu sudah menunjukkan pukul 20.44 WIB. Di jadwal, tim kami bermain pukul 20.45 WIB. Di telepon genggam sudah ada enam pesan singkat dan 18 panggilan tak terjawab dari kengkawan yang sudah ada di lokasi. Panik karena telat (pake banget), lega karena panggilan masih berstatus tak terjawab, ngeri juga kan kalau lagi nyenyak tidur tiba-tiba ada yang jawabin, *cry*
Datanglah saya di tempat futsal pukul 21.00 WIB. Harusnya saya masih punya waktu satu babak untuk berjibaku. Tapi para kengkawan mukanya sudah tertunduk lesu, peluh tertumpah, permainan sudah usai. Kami kalah, dan saya cuma bisa berkata ya sudahlah (sambil kena marah). Rupanya pertandingan dimajukan setengah jam, saya cek di telepon genggam, lalu lintas panggilan yang tak terbalas itu memang terjadi sekitar itu. Yaudalaya.
Tapi di hati masih menyimpan penyesalan karena ‘tidur’. Kenapa saya harus tidur, kenapa manusia butuh tidur. Kenapa tidak ada manusia yang tidak pernah tidak tidur. Kenapa manusia tidak bekerja saat ia tidur dan beristirahat saat ia bangun dalam posisi tangan di silang di belakang pinggang. Saya menyesal dengan begitu banyak pertanyaan tentang kenapa.
Tapi yang paling penting, “Kenapa saya bisa tidur pada saat yang begitu saya tunggu?” Jawaban konyolnya, kantuk dan waktu tak mengenal kata tega. Jawaban lebih konyolnya, “kenapa enggak?”
Ah, andai setiap jawaban ‘kenapa enggak’ bisa membuat penyesalan dalam diri ini hilang. Mungkin hati ini tidak perlu berulang untuk berkenalan dengan kata resah.
Kalah Menang Tetap Nangkring. Tim 'Jaleviva Jayakite' berpesta usai merayakan kekalahan atas Tim Divisi Keuangan 3-6 di Stadion Champion, Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (21/2).
- - -
Ditulis oleh Btok di Radio Dalam, Jumat (22/2) dalam keadaan resah, *aciye, resah* *ciye, ciye, ciye*

2 comments:

  1. untung saya sudah berhenti tidur. bosen dari lahir tidur mulu. sekarang lagi program berenti makan. bosen, gitu-gitu aja makan mah.

    ReplyDelete
  2. mamang memang repoluzioner sezaty!

    ReplyDelete