Monday 11 February 2013

HELLO AGAIN



1.
Akhirnya ngeblog lagi. Ngeblog yang sekadar ngeblog: bercerita. Saya menyadari sebagai manusia tiap harinya saya mendengar dan (ingin) didengar. Kalau melintir ucapan salah satu big boss di kantor, berhenti bercerita, habis sudah seorang manusia (dia bilang: berhenti bertanya, habis sudah seorang wartawan).
Beberapa minggu lalu, saya memilih berhenti bercerita. Beberapa orang berkata apa yang saya tulis terlalu personal. "Apa pantas dipublikasikan?" tanya salah seorang dari mereka.
Ada benarnya memang. Dan saya menyadari itu. Bodohnya, bukan mengevaluasi, saya malah berhenti bercerita. Saya tutup gerai blog ini beberapa pekan lalu saat seorang teman berkata, "Sedih bacanya, x( (pake emot biar dramatis, xp)."
Beberapa cerita terakhir yang diunggah memang tentangnya. Sedih memang rasanya bahkan saat kata-kata itu masih ada dalam kepala. Yang bikin menyedihkan, tulisan itu, ya tadi seperti saya bilang, sifatnya personal. "Mengapa orang lain harus ikut baca?"
Sampai saat itu, saya menyadari bahwa saya menulis bukan untuk berekspresi, melainkan semata berimpresi. Saya tidak bercerita tentang apa yang saya rasakan, tapi bercerita tentang bagaimana saya menangani perasaan yang saya alami. Mungkin cerita saya belum sampai tahap menggurui, tapi sudah masuk lah level orang yang sok merasa paling pintar dalam sebuah kelas.
Maka itu, ketika si teman bilang sedih, sebenarnya ia juga bersedih karena rasa bukan wacana. Saya selalu menganggap begitu awalnya. Padahal yang akhirnya saya pelajari, rasa itu tak perlu banyak teori, praktikkan saja tanpa perlu ba-bi-bu. Ketika kamu merasa senang, ya tertawalah. Ketika sedih, menangislah. Karena bersedih itu wajar, tapi jangan sampai menyedihkan.
Maka tak aneh bila si teman tak bisa paham dengan apa yang saya rasakan. Lha wong saya nulis bukan untuk berekspresi. Pantas bila apa yang saya tulis tak bisa memberi reaksi, jauh-jauh menginspirasi.
Maka itu ada baiknya mulai sekarang saya memilah-milah cerita. Apa yang perlu disampaikan pada diri sendiri, simpan saja dalam kepala. Apa yang perlu disampaikan secara personal pada orang lain, sampaikan lewat sebuah pertemuan atau pesan panjang. Barulah pajang di blog, jika dirasa orang lain bisa nyaman membacanya.
Seperti saya bilang tadi, boleh bersedih, tapi jangan menyedihkan. Boleh bersedih, tapi jangan membuat orang lain sedih lah.
Inga'-inga'(sindrom mau pemilu, xp) hidup cuma satu kali, jika kamu rasa sulit untuk membuat dirimu senang, senangkanlah orang lain. Dengan cara sederhana saja, ya misal, lewat sebuah cerita, x).
- - -
Ditulis Btok di Radio Dalam, Jakarta Selatan (11/2). Selamat membaca kembali, kawans, x).

2 comments:

  1. Tentang memilah cerita, kadang memang harus. Tapi mengingat pertimbangan memilah cerita bisa berbeda pada setiap orang. Jadi, ya, it's okay juga kalau semua ditumpahkan di blog.

    Kalau menurut aku mah, apapun boleh ditulis di blog. Karena sifat blog (yang seperti di Blogspot atau Wordpress) tak melulu bersifat sosial. Ehehehehe. Eh, tapi lagi-lagi tergantung peruntukkannya sih.

    Eh, apa sih?

    ReplyDelete
  2. iya juga sih ya. kalau gitu saya nunggu proyekan #30HariMengunggahTulisanYangTersimpandiDraft ah, :)).

    ReplyDelete