1.
Salah satu momen paling menyenangkan dalam film pertama 'The Hobbit' ketika Bilbo Baggins berlari tergesa meninggalkan Shire. Ia menyusul rombongan dwarves plus Gandalf bertualang, dengan misi yang sama sekali tak menguntungkan dirinya. Memulangkan para manusia kerdil itu ke tanah airnya, Erebor.
Salah satu momen paling menyenangkan dalam film pertama 'The Hobbit' ketika Bilbo Baggins berlari tergesa meninggalkan Shire. Ia menyusul rombongan dwarves plus Gandalf bertualang, dengan misi yang sama sekali tak menguntungkan dirinya. Memulangkan para manusia kerdil itu ke tanah airnya, Erebor.
Seorang tetangganya bertanya, mengapa ia
berlari begitu terburu. "I'm going on an adventure!" ujarnya riang,
meski tahu risiko perjalanan itu amat berbahaya.
Film itu (juga pendahulunya, trilogi
'The Lord of The Rings') selalu bikin saya rindu bertualang. Tentu bukan
petualangan seberat Frodo Baggins, yang diembani misi meleburkan the precious
ring ke Gunung Mordor, atau seperti petualangan sepuhnya, Bilbo. Petualangan
ringan saja, semata jalan-jalan. Meninggalkan rumah, shire, zona nyaman saya
untuk sejenak.
Paling tidak, ada tiga petualangan
ringan yang sempat saya ingat. Pertama, pergi ke Bali bersama seorang kawan
naik sepeda motor bersayap sebelah. Kedua, melanjutkan perjalanan tersebut
hingga ke Pulau Sumbawa, dua tahun kemudian. Ketiga, naik gunung kali pertama
di Argopuro, Jawa Timur. Mengingatnya saja menyenangkan, apalagi jika punya waktu
untuk melakukannya kembali.
Tak lupa gaya begitu menjejak di Tanah Dewata, 2008. Foto oleh: Anak Buah |
Mengejar Matahari di Pucuk Sembalun, 2010. Foto oleh: Tripod. |
Bersama anak asuh di Gunung Argopuro, 2011. Foto oleh: Kalau nggak Montir, Tukang Nasi Padang |
Tapi petualangan tak selalu tentang apa
yang bisa kita pilah untuk dilakukan. Karena hidup saja sudah merupakan
sebuah petualangan. Setiap fase yang dilalui adalah bagian dari petualangan
itu. Dan itu adalah petualangan yang tak bisa kita pilah untuk dijalani.
Petualangan yang 'mgm', mau nggak mau harus dikelanai, xp.
Petualangan itu mencakup banyak hal.
Bagi saya, ketika menangis saat lahir saja sudah bagian dari petualangan
(makanya, kalau punya anak, tangisan pertamanya harus diabadikan, hehe).
Kenakalan masa kecil dan remaja, dan kelak nanti di paruh baya, juga sebuah petualangan.
Kali pertama jatuh cinta, kali pertama
punya pacar, itu adalah petualangan merah jambu yang memesona. Masa-masa kuliah
yang bikin betah, sampai mau lulus saja harus menunggu sampai enam tahun, itu
fase petualangan hidup yang amat berat. Lulus sedih, tapi tak lulus pastinya
jauh lebih sedih.
Dan terakhir (saya alami), meninggalkan
rumah untuk bekerja di luar kota. Meski untung tak terlalu jauh dari rumah,
tapi tetap rasanya be-uuu-rat. Tapi itulah petualangan hidup, yang mau nggak mau harus dijalani, karena waktu selalu memaksa kita menjadi lebih tua, menyeret kita dalam petualangan demi petualangan yang tak bisa kita hindari. Beruntunglah bila punya banyak teman
sebaya, jadi kamu tak perlu menjalaninya sendiri.
Terakhir, tahukah apa yang paling
menyenangkan dari sebuah petualangan? Ya, ...pulang. Mungkin sekadar
untuk merebahkan badan, bersyukur masih bisa kembali ke sana, plus menceritakan segala yang terjadi selama di
perjalanan pada orang-orang yang kita rindukan.
Pulang tak hanya harus ke rumah. Ke keluarga, teman, dan kekasih juga bisa kita berpulang, meski mereka tak sedang berada di rumah. Dan saya merasa hidup saya lebih lengkap bila kelak jadi tujuan pulang bagi orang lain. Di satu sisi saya siap bertualang, di sisi lain saya harus jadi 'rumah' yan kokoh. Karena cuma tempat aman dan nyaman, yang kelak dirindukan mereka untuk pulang, :).
- - -
Ditulis Btok di Bulungan, Jakarta
Selatan (25/3) sambil berteriak a la Bilbo Baggins, "I'm going on an adventure!".
- - -
Makasih ya Pak, sudah mau biayain sekolah saya sampe sarjana..
ReplyDelete